Kepulangan Pahit Manis Luciano Spalletti dari Timnas Italia
Pada tanggal 6 Juni 2025, Luciano Spalletti resmi mengakhiri masa jabatannya sebagai pelatih kepala Tim Nasional Italia setelah mengalami kekalahan mengejutkan dengan skor 0–3 dari Norwegia dalam pertandingan persahabatan. Momen ini menjadi titik balik yang sarat dengan emosi dan refleksi. Dalam konferensi pers perpisahan yang berlangsung tidak lama setelah pertandingan, Spalletti menegaskan bahwa kepergiannya bukanlah keputusan mundur secara sukarela, melainkan hasil pemecatan oleh Presiden Federasi Sepak Bola Italia (FIGC), Gabriele Gravina.
Suasana ruang konferensi pers kala itu begitu hening sesaat setelah Spalletti menjelaskan situasinya. Namun, keheningan itu berakhir dengan tepuk tangan panjang dari para jurnalis dan hadirin, sebuah tanda penghormatan atas dedikasi dan komitmen Spalletti selama memimpin Azzurri, meski hasil yang diraih kurang memuaskan. Kepergian ini menandai berakhirnya periode singkat namun penuh tantangan bagi Spalletti di kursi pelatih timnas Italia.
Karir Gemilang Sebelum Timnas
Sebelum mengemban tugas berat sebagai pelatih kepala Timnas Italia, Luciano Spalletti sudah dikenal luas sebagai salah satu pelatih terbaik di level klub. Rekam jejaknya mencakup kesuksesan membawa klub-klub besar Serie A seperti AS Roma, Inter Milan, dan Napoli ke posisi kompetitif tertinggi. Puncak kariernya di level klub adalah saat ia berhasil mengantarkan Napoli meraih gelar Serie A pada musim 2022–2023, sebuah pencapaian yang membuktikan kualitas dan kapasitasnya sebagai arsitek tim.
Spalletti dikenal dengan kecerdasan dalam membaca permainan serta kemampuan membangun sistem taktik yang adaptif dan fleksibel. Pendekatan ini membuat tim asuhannya kerap tampil konsisten dan menunjukkan performa yang meningkat secara signifikan dari waktu ke waktu. Di hampir semua klub yang pernah ia tangani, Spalletti mampu menanamkan filosofi sepak bola yang modern dan progresif, sekaligus memberikan ruang berkembang bagi para pemain muda berbakat.
Renesans AS Roma di Tangan Spalletti
Salah satu bab paling berkesan dalam perjalanan karier Spalletti adalah ketika ia berhasil membangkitkan kembali kejayaan AS Roma. Dengan pendekatan taktis yang progresif dan inovatif, Spalletti menerapkan gaya bermain menyerang yang atraktif dan pertahanan yang kokoh. Skema permainan yang diterapkan mampu menghadirkan transisi cepat dan pergerakan bola yang dinamis, membuat Roma menjadi tim yang tidak hanya efektif di lapangan, tetapi juga menarik untuk disaksikan.
Selama masa jabatannya, Roma perlahan kembali diperhitungkan sebagai kandidat kuat dalam perebutan posisi atas klasemen Serie A. Tak hanya itu, mereka juga konsisten tampil di kompetisi Eropa. Di bawah bimbingan Spalletti, banyak pemain muda berbakat tumbuh dan berkembang, menjadikan Roma tidak sekadar sebuah tim yang berprestasi, tetapi juga sebuah lembaga pembinaan yang solid.
Tantangan Besar di Kursi Pelatih Timnas Italia
Berbeda dengan tantangan di level klub, menangani Tim Nasional Italia membawa dinamika yang jauh berbeda. Spalletti harus menyatukan para pemain dari berbagai klub, masing-masing dengan filosofi dan gaya bermain berbeda, dalam waktu yang sangat terbatas. Ini membuat penerapan taktik yang selama ini menjadi ciri khasnya sulit untuk dioptimalkan secara maksimal.
Sejak diangkat menjadi pelatih kepala pada September 2023, menggantikan Roberto Mancini, Spalletti menghadapi tekanan besar dari publik dan media. Ia berhasil membawa Italia lolos ke Euro 2024, namun performa tim kerap inkonsisten dan kurang meyakinkan. Waktu persiapan yang minim serta keterbatasan uji coba menjadi kendala utama dalam menguji dan menyempurnakan strategi yang ingin dijalankan.
Perjuangan dan Rintangan yang Dihadapi
Selama memimpin Azzurri, Spalletti harus berjuang menghadapi berbagai rintangan, termasuk ekspektasi tinggi dari publik yang selalu menuntut hasil maksimal. Kekalahan telak 0–3 dari Norwegia akhirnya menjadi momen krusial yang tidak bisa dihindari. Meski begitu, Spalletti sebelumnya sempat membawa tim nasional meraih kemenangan dalam pertandingan persahabatan melawan Venezuela dan Ekuador pada bulan Maret 2025, menandakan ada sisi positif dari kepemimpinannya.
Laga terakhirnya di bangku pelatih Italia terjadi pada tanggal 9 Juni 2025 melawan Moldova, yang berakhir dengan kemenangan tipis 2–0. Gol dari Giacomo Raspadori dan Cambiaso menjadi penutup yang cukup layak untuk perjalanan Spalletti bersama Azzurri. Namun, penampilan tim masih jauh dari solid, dengan Moldova beberapa kali memberikan ancaman yang berbahaya. Ini menunjukkan bahwa masih terdapat kelemahan struktural terutama di lini belakang yang harus segera diperbaiki.
Usai pertandingan, Spalletti menyatakan menerima keputusan FIGC dengan lapang dada. Ia juga memilih untuk tidak mengambil kompensasi pemutusan kontrak sebagai wujud tanggung jawab profesional terhadap federasi dan tim nasional.
Warisan dan Masa Depan Timnas Italia
Selama masa kepelatihannya, Spalletti mencatat total 12 kemenangan, 6 hasil imbang, dan 6 kekalahan bersama Timnas Italia. Spalletti menyampaikan keyakinan bahwa Italia akan tetap mampu lolos ke Piala Dunia 2026. Meski kini tugas berat tersebut harus diemban pelatih baru. FIGC sendiri sudah mulai mempertimbangkan beberapa kandidat untuk menggantikan posisi Spalletti, termasuk nama-nama besar seperti mantan pelatih AC Milan Stefano Pioli, serta pelatih muda potensial seperti Daniele De Rossi. Selain itu, Fabio Cannavaro, Gennaro Gattuso, dan Vincenzo Italiano juga masuk dalam radar calon pelatih berikutnya. Sementara Claudio Ranieri, yang sempat diajukan, menolak tawaran tersebut karena memilih fokus pada perannya sebagai penasihat senior di AS Roma.
Spalletti meninggalkan warisan yang kompleks—sebuah fondasi taktik kuat, namun belum sepenuhnya berhasil menaklukkan berbagai tantangan besar di tingkat internasional. Ia tetap dikenang sebagai pelatih yang profesional, penuh integritas, terbuka terhadap inovasi, dan berani mengambil risiko.